Dear my little star,
Sebenarnya bunda belum menemukan nama yg cocok untukmu. Ayahmu pun masih bingung mencari nama yg indah untukmu. Tapi dalam surat ini, bunda ingin memanggilmu 'Bintang'. Entah kenapa satu kata itu yg terlintas dalam benakku. Karena memang kamu seperti bintang. Tak selalu menampakkan diri di langit, tapi dia ada.. Dan dia slalu bersinar.. Tak seperti bulan yg memantulkan cahaya matahari. Bintang itu punya sinar. Seperti kamu.. Kamu ibarat sinar yg terangi perjalanan rumah tangga kami. Walau kami belum pernah melihatmu benar2 nyata di depan mata, tapi kehadiranmu di rahimku telah membuncahkah rasa sayang yg teramat dalam.
Bintang, di awal kehadiranmu, bunda belum bisa merasakan adanya dirimu. Belum tahu apa rahim ini sudah ada segumpal daging yg menempel di dinding rahim atau belum.. Yang bunda ingat dalam ketidaksadaran bunda akan kehadiranmu, bunda masih sanggup berjalan jauh sampai peluh bercucuran dan langkah kaki serasa berat. Bahkan bunda tak peduli dengan kelelahan yg menguras begitu banyak energi. Saat itu, bunda tak mau membiarkan ayahmu berjalan seorang diri tuk menjajakan pakaian dari satu kampung ke kampung lain. Mungkin bisa dibilang saat itu adalah salah satu fase terberat yg pernah kami jalani. Ayahmu di-phk dari pekerjaannya, sementara surat lamaran bunda juga belum ada satupun yg mendapat panggilan. Bunda dan ayah berjalan berdua, terkadang menyusuri sawah, namun semangat tak meluntur meski terik sang surya senantiasa membakar kulit kami. Ayahmu bagai pejuang.. Dia tak mengeluh sedikitpun walau beban berat menghimpit bahunya. Kamu tahu Bintang.. berjualan seperti itu adalah pengalaman pertama bunda dan ayahmu.. Orang terkadang hanya mengacak-acak baju2 yg kami jual tanpa membelinya, bahkan yg lebih ekstrim ada juga yg mencela baju2 yg kami jual berkualitas rendah. Namun banyak juga yg berbaik hati mau berbagi rizki dgn kami. Rasa senang bukan kepalang menelusup dalam sanubari tatkala melihat barang dagangan banyak yg terbeli, ternyata beginilah rasanya berjualan.. Namun terkadang baju yg kami jual tak ada satupun yg laku. Tapi itu tak membuat kami berkecil hati.
Allah memang maha Penyayang Bintangku, ayahmu bekerja kembali setelah 2 atau 3 minggu berjualan keliling bersama bunda. Bunda pun kembali aktif menjalankan rutinitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Memasak, menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk ayahmu, mencuci piring dan baju, dan menunggu ayahmu pulang kerja. Kamu tahu Bintang, ayahmu selalu mengkhawatirkan bunda jika sedikit saja bunda terlihat kurus. Ayahmu seringkali memperhatikan lekukan tulang belikat di bawah leher atau pergelangan tangan bunda yg kata ayah terlihat menonjol. Dia merasa bersalah karena bunda bertambah kurus. Padahal bunda slalu makan teratur dan cukup nutrisi. Karena itu ayahmu sering kali mengingatkan bunda untuk banyak istirahat, jangan sampai kecapaian mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Hingga suatu hari ayahmu memeluk perut bunda ketika bunda memasak di dapur, saat itulah ayahmu menyadari perut bunda tampak lebih buncit dari biasanya. Ayahmu pun meledek bunda, 'perutmu koq gedhe ya yank? Tangannya kurus tapi perutnya gedhe..' Bunda pun mengamati perut bunda. Ya memang perut bunda terlihat lebih berisi. Sampai akhirnya bunda merasa pusing, tubuh serasa lemas, dan kondisi badan layaknya orang yg masuk angin. Makanan pun kerap kali tak bisa masuk ke dalam lambung. Bunda hanya ingin makan yg segar2 seperti buah atau es. Apalagi perut bunda terasa mulas seperti hendak datang bulan. Tapi lewat dari tanggal, tamu bulanan itu belum datang juga. Ayahmu pun sudah mulai curiga adanya tanda2 kehadiranmu dalam rahim bunda. Kakak ipar juga udah bertanya apakah bunda terlambat bulan atau tidak.. Bunda berpikir, apa memang kamu telah hadir dalam rahim bunda? Puncaknya petang itu setelah selesai sholat Maghrib bunda muntah2 banyak sekali. Seolah semua makanan yg mengisi lambung keluar semua tanpa sisa. Ayah pun segera mengantar bunda periksa ke bidan yg rumahnya tak begitu jauh dari tempat tinggal kami.
Sesampai di sana, bunda menceritakan semua keluhan yg bunda rasakan. Bu bidan menyuruh bunda test urine untuk memeriksa apakah kamu benar2 sudah bersemayam di rahim atau belum. Binar bahagia terpancar di hati bunda dan ayah kala dua garis merah terlihat begitu nyata. Tanpa bunda sadari, ternyata kamu telah hadir sejak satu setengah bulan yg lalu. Bunda sangat bersyukur, walau dulu bunda sempat berjalan jauh sampai kelelahan, tapi itu semua tak berpengaruh terhadap kondisimu. Kata bidan, kondisimu baik dan sehat. Bu bidan memberi bunda sebuah buku yg berisi info2 seputar kehamilan dan persalinan dimana buku itu harus bunda bawa setiap kali bunda datang ke sana untuk periksa rutin. Selain itu bu bidan memberi obat anti mual, asam folat, dan kapsul penambah darah.
Bintang, malam itu bunda dan ayah merasa sangat bersyukur. Kamu adalah karunia Allah yg harus bunda jaga. Itulah tahapan awal bunda menjadi seorang calon ibu.
Bintang, ketika mendengar kabar bahwa kamu telah tinggal di rahim bunda selama satu setengah bulan ini, kakek nenekmu pun merasa bersyukur. Kamu adalah calon cucu pertama mereka. Karena dua kakak bunda belum ada yg menikah, bunda lah satu2nya anak kakek dan nenek yg sudah berumahtangga. Ayahmu pun makin meningkatkan perhatiannya padamu dan pada bunda. Dia senang sekali mengelus dan mencium perut bunda. Mencoba mengajakmu bicara meski kamu belum bisa mendengar suara. Kami anggap kamu mengerti apa yg kami ucapkan.
Bintang, masa2 trimester pertama bukan hal mudah yg harus bunda lewati. Muntah dan mual selalu datang sepanjang hari, entah pagi, siang, sore atau malam. Bahkan bunda pernah muntah 6x dalam sehari. Jika sudah muntah seperti itu, bunda sering merasa lemas. Setidaknya jari2 ajaib ayahmu yg mengusap-usap rambut dan memijit kepala bunda agak meringankan kepeningan kepala ini. Ayahmu juga kerap menyeduh teh hangat atau wedang jahe untuk bunda agar bunda merasa enakan dan tidak mual lagi. Bukan hanya itu Bintangku, di mata bunda ayahmu adalah lelaki terhebat yg tidak hanya rajin bekerja mencari nafkah, dia juga tak keberatan memasak nasi goreng untuk bunda, mencuci pakaian dan piring kala bunda merasa pusing dan lemas. Ayahmu juga sering membaca ayat2 Al Quran di sebelah bunda. Kamu masih ingat? Kita berdua tenggelam dalam lantunan ayat suci yg dilantunkan oleh ayahmu. Kamu pun bunda biasakan mendengar suara bunda yg jelek.. Mencoba membacakan ayat2 suci untukmu agar rasa cintamu pada agama telah tumbuh sejak kamu berada dalam kandungan..
Bintang, bunda tak akan mampu nikmati setiap perjuangan ini tanpa dukungan dan rasa cinta yg teramat besar dari ayahmu. Karena itu, berterimakasihlah pada ayahmu Bintang.. Karena dia juga ikut berjuang untukmu. Bunda tak hanya berjuang sendiri. Hanya saja, rahim itu hanya dimiliki bunda.. Jika ayahmu memilikinya, bunda yakin ayah tak keberatan menanggung beban tuk menampungmu sampai kamu terlahir ke dunia..
Bintang, masa2 trimester pertama berat badan bunda sempat menyusut. Bunda khawatir hal itu kan berakibat buruk padamu. Tapi alhamdulillah kamu slalu sehat dan detak jantungmu pun mulai samar terdengar.
Saat memasuki trimester kedua, berat badan bunda kembali stabil dan naik setelah memasuki bulan ke-6. Kamu tahu Bintang.. pada bulan ke-4 dan ke-5 bunda masih suka merasa mual dan muntah namun tak sesering pada trimester pertama. Perut bunda makin membuncit, kamu pun semakin tumbuh besar. Di usia kandungan bunda yg ke-6 bulan, kamu sudah bisa mengontrol gerakan tubuhmu hingga bunda bisa merasakannya. Ayahmu pun bisa merasakan kamu bergerak melalui elusan tangannya. Begitu amazing rasanya menikmati setiap gerakan yg kamu buat.. Pada bulan ini juga, kondisi bunda sempat drop sampai jatuh sakit 2x dalam waktu satu bulan. Cuaca dingin membuat tubuh bunda diserang demam, kedinginan yg menggigil, suhu badan tinggi, disertai batuk dan pilek yg tak kunjung sembuh. Saat batuk pun, bunda sering merasa sakit di bagian pinggang atau bawah diafragma. Perut serasa tertekan. Bunda khawatir kondisimu akan ngedrop jg karena pengaruh buruknya kondisi kesehatan bunda. Ayahmu sampai begadang semalaman menjaga bunda, bahkan tak masuk kerja juga. Tidak ada yg menjaga bunda selain ayah. Dengan sangat telaten ayahmu mengompres dahi bunda, menyeka tubuh bunda dengan air hangat, menyelimuti bunda, mengeloni bunda sampai bunda tertidur, padahal waktu itu bunda tak bisa tidur nyenyak karena batuk dan pilek yg begitu menyiksa. Bunda sampai berobat ke 3 bidan Bintangku.. Namun kondisi bunda belum juga membaik. Hingga persediaan uang pun menipis. Dan untuk sementara waktu kamu tidak lagi mengkonsumsi susu ibu hamil, bunda hanya bisa memberimu susu biasa. Maafkan bunda sayang, bunda tak selalu bisa memberi yg terbaik untukmu. Beruntunglah ayah dan bunda memiliki sahabat yg kami kenal dari dunia maya. Dia seorang bidan dan dia begitu peduli dengan kondisi kesehatan bunda yg belum juga membaik. Akhirnya dia mengirim paket berisi obat-obatan yg berkualitas bagus untuk bunda. Alhamdulillah setelah meminum obat2 tersebut, kondisi kesehatan bunda pun membaik. Batuk yg menyiksa ini akhirnya pergi juga. Bunda dan ayah hanya bisa mengucap terimakasih karena Allah berkenan memberi kesembuhan untuk bunda.
Hari2 pun kembali ceria. Ayahmu tak lagi diam2 menangis karena tak tega melihat bunda sakit. Kamu merasa senang juga kan? Karena kamu tak lagi merasa tegang dan tertekan ketika bunda terbatuk2.
Bintang, tak terasa sekarang ini bunda telah melewati masa trimester akhir. Bunda harus tinggal di rumah kakek dan nenekmu utk persiapan persalinan nanti. Sementara ayahmu masih berada di sana tuk membanting tulang demi kamu, demi kita. Perut bunda terlihat begitu besar. Bunda bisa melihat organ2 tubuhmu telah terbentuk semakin lengkap dalam layar monitor. Gerakanmu pun semakin lincah. Menendang-nendang perut bunda seakan kamu sudah ingin cepat2 keluar dari sini. Rahim bunda sudah tak nyaman lagi ya sayang? Sabar Bintang, insyaAllah sebentar lagi kamu bisa melihat terangnya dunia di luar sana. Bersabarlah seperti bunda yg berusaha bersabar menopang beratnya perut bunda. Kita sama2 berdoa ya semoga Allah memberi bunda kemudahan untuk melahirkanmu.
Bintang satu hal yg kamu tahu, bunda dan ayahmu hanya orang biasa, bukan pribadi istimewa dgn berjuta harta, kecerdasan atau kedudukan. Tapi di hati kami selalu ada cinta yg tulus, tanpa meminta syarat apapun tuk bisa mencintaimu sedalam ini.. Kami hanya bisa menguntai doa tiada henti untuk keselamatan dan kesehatanmu. Kami memang orang biasa sayang.. Tapi kami tak akan berhenti tuk berusaha melakukan yg terbaik untuk masa depanmu.
Kami menyayangimu Bintang...
Sebenarnya bunda belum menemukan nama yg cocok untukmu. Ayahmu pun masih bingung mencari nama yg indah untukmu. Tapi dalam surat ini, bunda ingin memanggilmu 'Bintang'. Entah kenapa satu kata itu yg terlintas dalam benakku. Karena memang kamu seperti bintang. Tak selalu menampakkan diri di langit, tapi dia ada.. Dan dia slalu bersinar.. Tak seperti bulan yg memantulkan cahaya matahari. Bintang itu punya sinar. Seperti kamu.. Kamu ibarat sinar yg terangi perjalanan rumah tangga kami. Walau kami belum pernah melihatmu benar2 nyata di depan mata, tapi kehadiranmu di rahimku telah membuncahkah rasa sayang yg teramat dalam.
Bintang, di awal kehadiranmu, bunda belum bisa merasakan adanya dirimu. Belum tahu apa rahim ini sudah ada segumpal daging yg menempel di dinding rahim atau belum.. Yang bunda ingat dalam ketidaksadaran bunda akan kehadiranmu, bunda masih sanggup berjalan jauh sampai peluh bercucuran dan langkah kaki serasa berat. Bahkan bunda tak peduli dengan kelelahan yg menguras begitu banyak energi. Saat itu, bunda tak mau membiarkan ayahmu berjalan seorang diri tuk menjajakan pakaian dari satu kampung ke kampung lain. Mungkin bisa dibilang saat itu adalah salah satu fase terberat yg pernah kami jalani. Ayahmu di-phk dari pekerjaannya, sementara surat lamaran bunda juga belum ada satupun yg mendapat panggilan. Bunda dan ayah berjalan berdua, terkadang menyusuri sawah, namun semangat tak meluntur meski terik sang surya senantiasa membakar kulit kami. Ayahmu bagai pejuang.. Dia tak mengeluh sedikitpun walau beban berat menghimpit bahunya. Kamu tahu Bintang.. berjualan seperti itu adalah pengalaman pertama bunda dan ayahmu.. Orang terkadang hanya mengacak-acak baju2 yg kami jual tanpa membelinya, bahkan yg lebih ekstrim ada juga yg mencela baju2 yg kami jual berkualitas rendah. Namun banyak juga yg berbaik hati mau berbagi rizki dgn kami. Rasa senang bukan kepalang menelusup dalam sanubari tatkala melihat barang dagangan banyak yg terbeli, ternyata beginilah rasanya berjualan.. Namun terkadang baju yg kami jual tak ada satupun yg laku. Tapi itu tak membuat kami berkecil hati.
Allah memang maha Penyayang Bintangku, ayahmu bekerja kembali setelah 2 atau 3 minggu berjualan keliling bersama bunda. Bunda pun kembali aktif menjalankan rutinitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Memasak, menyiapkan sarapan dan bekal makan siang untuk ayahmu, mencuci piring dan baju, dan menunggu ayahmu pulang kerja. Kamu tahu Bintang, ayahmu selalu mengkhawatirkan bunda jika sedikit saja bunda terlihat kurus. Ayahmu seringkali memperhatikan lekukan tulang belikat di bawah leher atau pergelangan tangan bunda yg kata ayah terlihat menonjol. Dia merasa bersalah karena bunda bertambah kurus. Padahal bunda slalu makan teratur dan cukup nutrisi. Karena itu ayahmu sering kali mengingatkan bunda untuk banyak istirahat, jangan sampai kecapaian mengerjakan pekerjaan rumahtangga. Hingga suatu hari ayahmu memeluk perut bunda ketika bunda memasak di dapur, saat itulah ayahmu menyadari perut bunda tampak lebih buncit dari biasanya. Ayahmu pun meledek bunda, 'perutmu koq gedhe ya yank? Tangannya kurus tapi perutnya gedhe..' Bunda pun mengamati perut bunda. Ya memang perut bunda terlihat lebih berisi. Sampai akhirnya bunda merasa pusing, tubuh serasa lemas, dan kondisi badan layaknya orang yg masuk angin. Makanan pun kerap kali tak bisa masuk ke dalam lambung. Bunda hanya ingin makan yg segar2 seperti buah atau es. Apalagi perut bunda terasa mulas seperti hendak datang bulan. Tapi lewat dari tanggal, tamu bulanan itu belum datang juga. Ayahmu pun sudah mulai curiga adanya tanda2 kehadiranmu dalam rahim bunda. Kakak ipar juga udah bertanya apakah bunda terlambat bulan atau tidak.. Bunda berpikir, apa memang kamu telah hadir dalam rahim bunda? Puncaknya petang itu setelah selesai sholat Maghrib bunda muntah2 banyak sekali. Seolah semua makanan yg mengisi lambung keluar semua tanpa sisa. Ayah pun segera mengantar bunda periksa ke bidan yg rumahnya tak begitu jauh dari tempat tinggal kami.
Sesampai di sana, bunda menceritakan semua keluhan yg bunda rasakan. Bu bidan menyuruh bunda test urine untuk memeriksa apakah kamu benar2 sudah bersemayam di rahim atau belum. Binar bahagia terpancar di hati bunda dan ayah kala dua garis merah terlihat begitu nyata. Tanpa bunda sadari, ternyata kamu telah hadir sejak satu setengah bulan yg lalu. Bunda sangat bersyukur, walau dulu bunda sempat berjalan jauh sampai kelelahan, tapi itu semua tak berpengaruh terhadap kondisimu. Kata bidan, kondisimu baik dan sehat. Bu bidan memberi bunda sebuah buku yg berisi info2 seputar kehamilan dan persalinan dimana buku itu harus bunda bawa setiap kali bunda datang ke sana untuk periksa rutin. Selain itu bu bidan memberi obat anti mual, asam folat, dan kapsul penambah darah.
Bintang, malam itu bunda dan ayah merasa sangat bersyukur. Kamu adalah karunia Allah yg harus bunda jaga. Itulah tahapan awal bunda menjadi seorang calon ibu.
Bintang, ketika mendengar kabar bahwa kamu telah tinggal di rahim bunda selama satu setengah bulan ini, kakek nenekmu pun merasa bersyukur. Kamu adalah calon cucu pertama mereka. Karena dua kakak bunda belum ada yg menikah, bunda lah satu2nya anak kakek dan nenek yg sudah berumahtangga. Ayahmu pun makin meningkatkan perhatiannya padamu dan pada bunda. Dia senang sekali mengelus dan mencium perut bunda. Mencoba mengajakmu bicara meski kamu belum bisa mendengar suara. Kami anggap kamu mengerti apa yg kami ucapkan.
Bintang, masa2 trimester pertama bukan hal mudah yg harus bunda lewati. Muntah dan mual selalu datang sepanjang hari, entah pagi, siang, sore atau malam. Bahkan bunda pernah muntah 6x dalam sehari. Jika sudah muntah seperti itu, bunda sering merasa lemas. Setidaknya jari2 ajaib ayahmu yg mengusap-usap rambut dan memijit kepala bunda agak meringankan kepeningan kepala ini. Ayahmu juga kerap menyeduh teh hangat atau wedang jahe untuk bunda agar bunda merasa enakan dan tidak mual lagi. Bukan hanya itu Bintangku, di mata bunda ayahmu adalah lelaki terhebat yg tidak hanya rajin bekerja mencari nafkah, dia juga tak keberatan memasak nasi goreng untuk bunda, mencuci pakaian dan piring kala bunda merasa pusing dan lemas. Ayahmu juga sering membaca ayat2 Al Quran di sebelah bunda. Kamu masih ingat? Kita berdua tenggelam dalam lantunan ayat suci yg dilantunkan oleh ayahmu. Kamu pun bunda biasakan mendengar suara bunda yg jelek.. Mencoba membacakan ayat2 suci untukmu agar rasa cintamu pada agama telah tumbuh sejak kamu berada dalam kandungan..
Bintang, bunda tak akan mampu nikmati setiap perjuangan ini tanpa dukungan dan rasa cinta yg teramat besar dari ayahmu. Karena itu, berterimakasihlah pada ayahmu Bintang.. Karena dia juga ikut berjuang untukmu. Bunda tak hanya berjuang sendiri. Hanya saja, rahim itu hanya dimiliki bunda.. Jika ayahmu memilikinya, bunda yakin ayah tak keberatan menanggung beban tuk menampungmu sampai kamu terlahir ke dunia..
Bintang, masa2 trimester pertama berat badan bunda sempat menyusut. Bunda khawatir hal itu kan berakibat buruk padamu. Tapi alhamdulillah kamu slalu sehat dan detak jantungmu pun mulai samar terdengar.
Saat memasuki trimester kedua, berat badan bunda kembali stabil dan naik setelah memasuki bulan ke-6. Kamu tahu Bintang.. pada bulan ke-4 dan ke-5 bunda masih suka merasa mual dan muntah namun tak sesering pada trimester pertama. Perut bunda makin membuncit, kamu pun semakin tumbuh besar. Di usia kandungan bunda yg ke-6 bulan, kamu sudah bisa mengontrol gerakan tubuhmu hingga bunda bisa merasakannya. Ayahmu pun bisa merasakan kamu bergerak melalui elusan tangannya. Begitu amazing rasanya menikmati setiap gerakan yg kamu buat.. Pada bulan ini juga, kondisi bunda sempat drop sampai jatuh sakit 2x dalam waktu satu bulan. Cuaca dingin membuat tubuh bunda diserang demam, kedinginan yg menggigil, suhu badan tinggi, disertai batuk dan pilek yg tak kunjung sembuh. Saat batuk pun, bunda sering merasa sakit di bagian pinggang atau bawah diafragma. Perut serasa tertekan. Bunda khawatir kondisimu akan ngedrop jg karena pengaruh buruknya kondisi kesehatan bunda. Ayahmu sampai begadang semalaman menjaga bunda, bahkan tak masuk kerja juga. Tidak ada yg menjaga bunda selain ayah. Dengan sangat telaten ayahmu mengompres dahi bunda, menyeka tubuh bunda dengan air hangat, menyelimuti bunda, mengeloni bunda sampai bunda tertidur, padahal waktu itu bunda tak bisa tidur nyenyak karena batuk dan pilek yg begitu menyiksa. Bunda sampai berobat ke 3 bidan Bintangku.. Namun kondisi bunda belum juga membaik. Hingga persediaan uang pun menipis. Dan untuk sementara waktu kamu tidak lagi mengkonsumsi susu ibu hamil, bunda hanya bisa memberimu susu biasa. Maafkan bunda sayang, bunda tak selalu bisa memberi yg terbaik untukmu. Beruntunglah ayah dan bunda memiliki sahabat yg kami kenal dari dunia maya. Dia seorang bidan dan dia begitu peduli dengan kondisi kesehatan bunda yg belum juga membaik. Akhirnya dia mengirim paket berisi obat-obatan yg berkualitas bagus untuk bunda. Alhamdulillah setelah meminum obat2 tersebut, kondisi kesehatan bunda pun membaik. Batuk yg menyiksa ini akhirnya pergi juga. Bunda dan ayah hanya bisa mengucap terimakasih karena Allah berkenan memberi kesembuhan untuk bunda.
Hari2 pun kembali ceria. Ayahmu tak lagi diam2 menangis karena tak tega melihat bunda sakit. Kamu merasa senang juga kan? Karena kamu tak lagi merasa tegang dan tertekan ketika bunda terbatuk2.
Bintang, tak terasa sekarang ini bunda telah melewati masa trimester akhir. Bunda harus tinggal di rumah kakek dan nenekmu utk persiapan persalinan nanti. Sementara ayahmu masih berada di sana tuk membanting tulang demi kamu, demi kita. Perut bunda terlihat begitu besar. Bunda bisa melihat organ2 tubuhmu telah terbentuk semakin lengkap dalam layar monitor. Gerakanmu pun semakin lincah. Menendang-nendang perut bunda seakan kamu sudah ingin cepat2 keluar dari sini. Rahim bunda sudah tak nyaman lagi ya sayang? Sabar Bintang, insyaAllah sebentar lagi kamu bisa melihat terangnya dunia di luar sana. Bersabarlah seperti bunda yg berusaha bersabar menopang beratnya perut bunda. Kita sama2 berdoa ya semoga Allah memberi bunda kemudahan untuk melahirkanmu.
Bintang satu hal yg kamu tahu, bunda dan ayahmu hanya orang biasa, bukan pribadi istimewa dgn berjuta harta, kecerdasan atau kedudukan. Tapi di hati kami selalu ada cinta yg tulus, tanpa meminta syarat apapun tuk bisa mencintaimu sedalam ini.. Kami hanya bisa menguntai doa tiada henti untuk keselamatan dan kesehatanmu. Kami memang orang biasa sayang.. Tapi kami tak akan berhenti tuk berusaha melakukan yg terbaik untuk masa depanmu.
Kami menyayangimu Bintang...
surat yg aku tulis tanggal 4 februari 2011, saat menantikan kelahiran my lil star. sejak km datang ke rahimku aku slalu mengenalkan kata bunda padamu, tapi setelah kamu lahir dan berumur 3 bulan malah berceloteh gege gege tiap kali melihatku, xixixi. jadilah dipanggil gege, hehe
ReplyDelete