Aku masih ingat, saat kau menelponku
memberitahu bahwa kau sedang berada di stasiun bersama temanmu, aku pun
bertanya-tanya 'mungkinkah kamu kan datang ke tempatku?' Ternyata dugaanku
benar, kau akan bertandang ke rumahku. Kau tanya stasiun mana yg nanti kan jadi
tempat perberhentianmu. Jujur, aku begitu terkejut. Tiba-tiba kurasakan debaran
dadaku makin berpacu tak menentu. Seolah listrik tegangan tinggi merambat di
benang-benang pembuluh darahku. Aku masih tak percaya, secepat itu kau putuskan
tuk datang menemuiku di rumahku, yang artinya kau kan bertemu dgn keluargaku
juga. Sejuta pikiran berseliweran bagai gumpalan benang kusut yang membelit
otakku. Ada banyak hal yang aku khawatirkan. Yang tak bisa ku ungkapkan pada
siapapun juga. Bagaimana reaksi orangtuaku nanti, apa mereka akan welcome
menyambutmu? Mengingat sebelumnya aku tak pernah memperkenalkan secara langsung
seorang pria yg special kepada orgtua. Dan dia memang cowok pertama yg begitu
special. Aku sudah bercerita pada orangtuaku bahwa aku sedang dekat dengan
seorang cowok yang kukenal lewat chatting. Reaksi mereka datar, tidak menentang
tapi juga tak mendukung. Namun ayah sering memberi wejangan agar aku
berhati-hati, karena ayah khawatir kamu bicara banyak kebohongan padaku dengan
menutupi identitasmu yang sebenarnya, bisa jadi kamu udah punya pacar atau udah
punya istri dan sengaja mempermainkan perasaanku. Tak ada yg tahu, betapa besar
kepercayaan yang kuberikan padamu. Aku merasa sangat mengenalmu walau kita tak
pernah bertatap muka langsung. Kaupun memahami karakterku dengan baik.
Seolah bosan dengan argumen orangtuaku yang meragukan keseriusanmu, kau pun berusaha menepiskan keraguan di hati orangtuaku dengan nekat datang jauh-jauh dari Bandung ke Cilacap sehari setelah Idul Fitri tahun 2009.
Bukan hanya kekhawatiran akan sikap orangtuaku, aku pun mengkhawatirkan reaksimu saat pertama kali melihatku. Apa kamu kan kecewa dengan penampilan fisikku yang serba standar? Meski kau telah melihat fotoku, tapi itu tidak menjamin bukan? Apa nanti cinta yang berpendar di ladang hatimu kan tetap bersemi? Rasa dag dig dug ini seakan menghantui setiap waktu.
Ketika kuberitahukan pada keluargaku bahwa kau akan datang, keluargaku pun ikut terkejut juga. Tapi mereka mengatakan tak masalah jika memang kamu ingin bersilaturahim ke keluargaku. Kedua kakak laki-lakiku meledekku habis-habisan. 'Wah ada yang mau ngapelin nie..', ledek mereka sambil tertawa cekikikan. Bahkan mereka mengomentari fotomu yang katanya mirip ama tetanggaku. Aku pun tak terima, aku bilang kamu jauh lebih cakep dari tetanggaku. Meski aku tak memprioritaskan bagaimana penampilan fisikmu nanti.
Sembari menunggumu, kita pun berkomunikasi lewat sms. Kau memberitahu nama setiap stasiun tempat keretamu singgah. Karena hari itu suasana lebaran masih melekat, kereta pun penuh sesak, sampai-sampai kamu tak mendapat tempat duduk dan terpaksa duduk di depan toilet.
Aku terbayang masa-masa di mana aku belum mengenalmu. Waktu itu aku berpikir tak ada cowok yg lebih menarik dari Cristiano Ronaldo. Saking ngefansnya aku sampai menyimpan gambar-gambar dirinya yang aku dapat dari internet, aku pun membeli buku biografi tentangnya, menyempatkan waktu untuk menonton aksi briliantnya kala menggocek bola di lapangan. Semua temanku pun tahu begitu demamnya aku akan sosok pemain bola satu ini. Sampai-sampai mereka menawarkan diri untuk mengenalkanku pada saudara atau teman mereka yg secara fisik punya kemiripan dengan C.Ronaldo. Aku pun menolak, karena aku pikir tak mungkinlah ada seseorang yg mirip dengan C.Ronaldo baik secara fisik maupun caranya bermain bola. Kadang aku berkhayal, andai aku memiliki pasangan yg pintar bermain bola dan memiliki fisik seperti C.Ronaldo pasti senang sekali rasanya. Namun kehadiranmu merubah segalanya. Aku bisa menyukai seseorang yg secara fisik sama sekali tak mirip dengan C.Ronaldo. Bahkan bermain bola pun hanya dimainkan saat pemain utama cidera, di klub tingkat kampung pula. Yah, kamu memang lebih banyak duduk di bangku cadangan. Tapi tak ku pedulikan semua itu. Toh di luar sepakbola, kamu memiliki banyak keistimewaan di mataku. Jujur dan apa adanya.. Itu yang aku suka. Aku harap setelah nanti kita bertemu muka langsung, tak akan ada yg merubah penilaianku terhadapmu, begitu juga penilaianmu terhadapku. Semoga saja penampilan fisik yg mungkin tak sesuai dengan harapan tak akan menjadi bumerang yang kan membalikkan perasaan kita. Aku mencoba menenangkan hatiku. Ku yakin, kau mampu menerimaku apa adanya. Meski tak ada penyambutan khusus dariku. Aku hanya mengenakan kaos putih terbalut cardigan hitam lengan panjang dipadukan dengan celana panjang santai motif bunga-bunga. Setelan baju yang begitu santai dan simple. Wajahku pun hanya tersapu bedak tipis agar kulit hitam ini sedikit terlihat cerah dan tak terlalu dekil. Selama masa penantian itu, tiada henti ku berdoa semoga kau selalu berada dalam lindunganNya dan perjalananmu lancar sampai tujuan.
Waktu telah menunjuk pukul setengah 12 siang. Namun tak ada satupun kabar yg datang darimu. Saat ku coba menghubungi hpmu, hanya nada tulalit yang aku dengar. Aku pun mulai gusar. Di tambah lagi orangtua dan kakakku berpikiran bahwa kamu tengah menipuku dengan mengatakan akan datang ke rumah, tapi sebenarnya kamu hanya membual saja. Bisa jadi saat itu kamu sedang tiduran di kamar dan menertawai kebodohanku yang cemas menunggumu. Hampir saja tangisku pecah mendengar kakak-kakakku memojokkanmu dan menuduhmu berbohong. Tapi aku percaya, kamu benar-benar akan datang. Waktu tadi pagi kamu telpon aku, suara keramaian stasiun menelusup dalam telingaku.
Seolah bosan dengan argumen orangtuaku yang meragukan keseriusanmu, kau pun berusaha menepiskan keraguan di hati orangtuaku dengan nekat datang jauh-jauh dari Bandung ke Cilacap sehari setelah Idul Fitri tahun 2009.
Bukan hanya kekhawatiran akan sikap orangtuaku, aku pun mengkhawatirkan reaksimu saat pertama kali melihatku. Apa kamu kan kecewa dengan penampilan fisikku yang serba standar? Meski kau telah melihat fotoku, tapi itu tidak menjamin bukan? Apa nanti cinta yang berpendar di ladang hatimu kan tetap bersemi? Rasa dag dig dug ini seakan menghantui setiap waktu.
Ketika kuberitahukan pada keluargaku bahwa kau akan datang, keluargaku pun ikut terkejut juga. Tapi mereka mengatakan tak masalah jika memang kamu ingin bersilaturahim ke keluargaku. Kedua kakak laki-lakiku meledekku habis-habisan. 'Wah ada yang mau ngapelin nie..', ledek mereka sambil tertawa cekikikan. Bahkan mereka mengomentari fotomu yang katanya mirip ama tetanggaku. Aku pun tak terima, aku bilang kamu jauh lebih cakep dari tetanggaku. Meski aku tak memprioritaskan bagaimana penampilan fisikmu nanti.
Sembari menunggumu, kita pun berkomunikasi lewat sms. Kau memberitahu nama setiap stasiun tempat keretamu singgah. Karena hari itu suasana lebaran masih melekat, kereta pun penuh sesak, sampai-sampai kamu tak mendapat tempat duduk dan terpaksa duduk di depan toilet.
Aku terbayang masa-masa di mana aku belum mengenalmu. Waktu itu aku berpikir tak ada cowok yg lebih menarik dari Cristiano Ronaldo. Saking ngefansnya aku sampai menyimpan gambar-gambar dirinya yang aku dapat dari internet, aku pun membeli buku biografi tentangnya, menyempatkan waktu untuk menonton aksi briliantnya kala menggocek bola di lapangan. Semua temanku pun tahu begitu demamnya aku akan sosok pemain bola satu ini. Sampai-sampai mereka menawarkan diri untuk mengenalkanku pada saudara atau teman mereka yg secara fisik punya kemiripan dengan C.Ronaldo. Aku pun menolak, karena aku pikir tak mungkinlah ada seseorang yg mirip dengan C.Ronaldo baik secara fisik maupun caranya bermain bola. Kadang aku berkhayal, andai aku memiliki pasangan yg pintar bermain bola dan memiliki fisik seperti C.Ronaldo pasti senang sekali rasanya. Namun kehadiranmu merubah segalanya. Aku bisa menyukai seseorang yg secara fisik sama sekali tak mirip dengan C.Ronaldo. Bahkan bermain bola pun hanya dimainkan saat pemain utama cidera, di klub tingkat kampung pula. Yah, kamu memang lebih banyak duduk di bangku cadangan. Tapi tak ku pedulikan semua itu. Toh di luar sepakbola, kamu memiliki banyak keistimewaan di mataku. Jujur dan apa adanya.. Itu yang aku suka. Aku harap setelah nanti kita bertemu muka langsung, tak akan ada yg merubah penilaianku terhadapmu, begitu juga penilaianmu terhadapku. Semoga saja penampilan fisik yg mungkin tak sesuai dengan harapan tak akan menjadi bumerang yang kan membalikkan perasaan kita. Aku mencoba menenangkan hatiku. Ku yakin, kau mampu menerimaku apa adanya. Meski tak ada penyambutan khusus dariku. Aku hanya mengenakan kaos putih terbalut cardigan hitam lengan panjang dipadukan dengan celana panjang santai motif bunga-bunga. Setelan baju yang begitu santai dan simple. Wajahku pun hanya tersapu bedak tipis agar kulit hitam ini sedikit terlihat cerah dan tak terlalu dekil. Selama masa penantian itu, tiada henti ku berdoa semoga kau selalu berada dalam lindunganNya dan perjalananmu lancar sampai tujuan.
Waktu telah menunjuk pukul setengah 12 siang. Namun tak ada satupun kabar yg datang darimu. Saat ku coba menghubungi hpmu, hanya nada tulalit yang aku dengar. Aku pun mulai gusar. Di tambah lagi orangtua dan kakakku berpikiran bahwa kamu tengah menipuku dengan mengatakan akan datang ke rumah, tapi sebenarnya kamu hanya membual saja. Bisa jadi saat itu kamu sedang tiduran di kamar dan menertawai kebodohanku yang cemas menunggumu. Hampir saja tangisku pecah mendengar kakak-kakakku memojokkanmu dan menuduhmu berbohong. Tapi aku percaya, kamu benar-benar akan datang. Waktu tadi pagi kamu telpon aku, suara keramaian stasiun menelusup dalam telingaku.
Apalagi kamu juga belum pernah bepergian ke Jawa Tengah
sebelumnya. Mustahil untuk seseorang yang belum pernah datang ke Cilacap tahu
nama-nama stasiun yang dilewati kereta. Aku pun mulai tak sabar lagi. Jam dua
lebih aku keluarkan motor dan ku melaju menuju jalan raya yg akan dilewati bus
yg membawamu dari arah stasiun. Aku hanya bisa duduk di tepi jalan sambil
memencet-mencet keypad hpku, berharap panggilan dari hpku akan menembus nomermu
yang belum aktif juga. Perasaan lega membuncah dipenuhi bunga-bunga bermekaran
tatkala kamu menelponku dan meminta maaf karena hp gsmmu mati, sedang kamu
sendiri salah menyetel kode area hp cdma-mu. Setelah bus memasuki area kotaku,
hp cdmamu bisa digunakan kembali. Jam 12 kamu sampai di stasiun yg lumayan jauh
dari rumahku. Andai kamu berangkat dgn kereta ekonomi, tentu kamu bisa berhenti
di stasiun yg cukup dekat dengan rumahku. Di stasiun, kamu beristirahat dulu.
Sholat dan makan siang, setelah itu barulah kamu naek bus sesuai petunjuk sms
yang ku kirim waktu kamu dan temanmu masih berada di kereta.
Tatapan mataku tak pernah beralih mengamati setiap bus yang lewat. Ku amati penumpang yang duduk di dalam bus. Tak lama kemudian bus warna merah muda melintas di depanku. Kudongakkan kepalaku sambil melihat-lihat keadaan di dalam bus. Hatiku berdesir tatkala figur wajah seorang lelaki mirip dengan foto-dengan yang kamu kirim. Kamu duduk di belakang dengan jaket hitam berlogo Manchester United di dada kanan. Ku lambaikan tanganku ke arahmu. Kamu tercengang melihatku. Segeralah kamu dan temanmu turun dari bus.
Di halte itulah pertama kali kita bertemu. Dengan sejuta perasaan yang tak bisa ku gambarkan. Rasa lega membahana di segala sudut dalam ruang hatiku. Akhirnya aku benar-benar melihatmu berdiri di depan mataku. Aku tak tahu apakah kamu merasa sedikit nervous juga. Tapi bisa ku lihat ada bias cinta yang tak berubah dalam binaran matamu. Kaupun tampak sedikit tersipu.. Mungkin dalam hati kau pun tersenyum lega karena telah bertatap muka langsung dengan seseorang yang kau cintai. Apa yang ada di pikiranmu waktu itu? Apa aku tampak berbeda dengan foto-fotoku yang menghiasi wallpaper hpmu? Apa kamu kecewa melihat aku tak secantik apa yang ada di pikiranmu? Apalah artinya kecewa, jika hati kita telah terpaut dan rasa sayang yang terukir dalam hati kita tak bisa diukur dengan keindahan fisik. Karena kita memiliki rasa yang terbenam dalam hati, bukan sebatas pada apa yang dipandang mata..
Ku bisa merasakan rasa gugup tak terkira melandamu kala kamu bertemu muka dengan kedua orangtuaku. Ku lihat bulir-bulir peluh membasahi dahimu. Kamu tampak kikuk. Tapi itu tak berlangsung lama, karena di luar dugaan, kamu cepat sekali membaur dengan keluargaku. Bahkan kamu terlihat santai menjawab pertanyaa-pertanyaan ayahku yang terdengar seperti seorang polisi yang tengah mengintrogasi seorang napi. KTPmu pun tak luput dari pemeriksaan ayahku. Kamu bisa memaklumi sikap ayahku yang terkesan begitu protect terhadap putrinya.
Apa hingga detik ini kamu masih mengingat kenangan indah itu? 6 bulan setelah pertemuan itu, untuk pertama kalinya aku mengenakan kebaya pengantin yang membuatku tampak berbeda dan anggun. Dan aku harap, kebaya pengantin itu kan ku kenakan sekali seumur hidup karena ku ingin lalui sisa hidupku bersamamu hingga ajal memisahkan kita. 6 bulan setelah pertemuan itu, kamu mengikrar janji setia di depan penghulu.. Rasa haru dan bahagia menyeruak dalam hatiku.. Akhirnya aku resmi menjadi istrimu.. Istri dari seorang yang biasa saja di mata orang lain, tapi begitu luar biasa di mataku, yang mampu mencintaiku, menyayangiku, melengkapi hidupku dengan pendaran cinta yang tak pernah pudar.. Ya.. Lelaki biasa.. Tapi begitu istimewa.. Bahkan lebih dari seorang Cristiano Ronaldo...
Sepenggal kisah tuk mengenang pertemuan kita...
Love u so ayank dudulquw...
Tatapan mataku tak pernah beralih mengamati setiap bus yang lewat. Ku amati penumpang yang duduk di dalam bus. Tak lama kemudian bus warna merah muda melintas di depanku. Kudongakkan kepalaku sambil melihat-lihat keadaan di dalam bus. Hatiku berdesir tatkala figur wajah seorang lelaki mirip dengan foto-dengan yang kamu kirim. Kamu duduk di belakang dengan jaket hitam berlogo Manchester United di dada kanan. Ku lambaikan tanganku ke arahmu. Kamu tercengang melihatku. Segeralah kamu dan temanmu turun dari bus.
Di halte itulah pertama kali kita bertemu. Dengan sejuta perasaan yang tak bisa ku gambarkan. Rasa lega membahana di segala sudut dalam ruang hatiku. Akhirnya aku benar-benar melihatmu berdiri di depan mataku. Aku tak tahu apakah kamu merasa sedikit nervous juga. Tapi bisa ku lihat ada bias cinta yang tak berubah dalam binaran matamu. Kaupun tampak sedikit tersipu.. Mungkin dalam hati kau pun tersenyum lega karena telah bertatap muka langsung dengan seseorang yang kau cintai. Apa yang ada di pikiranmu waktu itu? Apa aku tampak berbeda dengan foto-fotoku yang menghiasi wallpaper hpmu? Apa kamu kecewa melihat aku tak secantik apa yang ada di pikiranmu? Apalah artinya kecewa, jika hati kita telah terpaut dan rasa sayang yang terukir dalam hati kita tak bisa diukur dengan keindahan fisik. Karena kita memiliki rasa yang terbenam dalam hati, bukan sebatas pada apa yang dipandang mata..
Ku bisa merasakan rasa gugup tak terkira melandamu kala kamu bertemu muka dengan kedua orangtuaku. Ku lihat bulir-bulir peluh membasahi dahimu. Kamu tampak kikuk. Tapi itu tak berlangsung lama, karena di luar dugaan, kamu cepat sekali membaur dengan keluargaku. Bahkan kamu terlihat santai menjawab pertanyaa-pertanyaan ayahku yang terdengar seperti seorang polisi yang tengah mengintrogasi seorang napi. KTPmu pun tak luput dari pemeriksaan ayahku. Kamu bisa memaklumi sikap ayahku yang terkesan begitu protect terhadap putrinya.
Apa hingga detik ini kamu masih mengingat kenangan indah itu? 6 bulan setelah pertemuan itu, untuk pertama kalinya aku mengenakan kebaya pengantin yang membuatku tampak berbeda dan anggun. Dan aku harap, kebaya pengantin itu kan ku kenakan sekali seumur hidup karena ku ingin lalui sisa hidupku bersamamu hingga ajal memisahkan kita. 6 bulan setelah pertemuan itu, kamu mengikrar janji setia di depan penghulu.. Rasa haru dan bahagia menyeruak dalam hatiku.. Akhirnya aku resmi menjadi istrimu.. Istri dari seorang yang biasa saja di mata orang lain, tapi begitu luar biasa di mataku, yang mampu mencintaiku, menyayangiku, melengkapi hidupku dengan pendaran cinta yang tak pernah pudar.. Ya.. Lelaki biasa.. Tapi begitu istimewa.. Bahkan lebih dari seorang Cristiano Ronaldo...
Sepenggal kisah tuk mengenang pertemuan kita...
Love u so ayank dudulquw...
No comments:
Post a Comment