Romantisme dlm rumahtangga, perlukah? Absolutely i will say 'yes'.
Romantis itu tak perlu mahal karena bisa terbangun dari hal2 yg sangat
sederhana. Bila diumpamakan taman bunga, rumahtangga yg di dalamnya
dibumbui romantisme antar suami istri dan antar orangtua dengan
anak2nya, rumahtangga tersebut ibarat taman bunga yg sering disiram air
kasih sayang, dipupuk dengan cinta dan kebaikan. Hasilnya bunga2 tumbuh
bermekaran, harumnya semerbak membuat orang2 nyaman dan betah
menghabiskan waktu di sana.
Sedangkan rumahtangga yg di dalamnya diisi dengan percekcokan, wajah2 masam tanpa adanya komunikasi yg baik, jauh dari romantisme antar anggota keluarga, ibarat taman bunga yg jarang sekali disiram dan dipupuk, hingga tanaman2 bunga itu layu, daun2 menguning dan berguguran membentuk gunungan sampah. Apakah kita akan nyaman dan betah berada di taman tersebut? Tentu tidak kan?
Apa sie romantis itu?
Bicara soal romantisme dalam rumahtangga sebenarnya saya masih terlalu bau kencur untuk membahas hal2 seperti ini, mengingat usia pernikahan kami baru berjalan satu setengah tahunan. Namun saya hanya ingin berbagi dan mungkin kita bisa bertukar pendapat tentang romantisme dalam rumah tangga. Karena saya yakin, saya maupun istri2 lain di belahan dunia manapun pasti akan sangat merasa dihargai dan dicintai jika suami bersikap romantis. Tak hanya mencakup hubungan antara suami istri, antar orangtua dan anak juga perlu membangun romantisme agar kita betah tinggal di rumah dan hubungan antar anggota keluarga makin dekat.
Yang jadi pertanyaan, romantis itu apa dan seperti apa aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari?
Mungkin banyak wanita berpikir, bahwa romantis adalah saat laki2 yang kita cintai mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yg indah, mengajak kita dinner dengan aroma bunga mawar di sekitarnya atau hal2 lain seperti yg sering ditayangkan dalam film2 bergenre romantis.
Padahal tiap individu pasti memiliki perspektif yg berbeda satu sama lain tentang definisi dari kata 'romantis'.
Ruang lingkup romantis sangat luas, entah bermula dari hal2 yg bersifat sederhana atau yg mewah sekalipun. Karena memang romantis bisa diungkapkan dalam berbagai cara, tak terbatas pada kata2 nan puitis atau setangkai mawar merah yg cantik.
Romantisme berumahtangga dalam kacamata saya adalah berbuat baik terhadap pasangan (suami istri) atau anak2, di mana perbuatan itu bisa dilakukan secara refleks dan kadang kita tidak menyadari bahwa apa yg dilakukan pasangan atau anak kita merupakan sesuatu yg sangat romantis. Misalnya suami membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, anak2 memetik bunga di halaman lalu memberikannya pada kita sebagai ungkapan bahwa mereka menyayangi kita.
Kadang istri mengeluh 'suamiku kok nggak romantis ya??'
Cobalah renungkan, apa benar suami adalah pribadi yg kurang atau tidak romantis? Romantis tidak hanya berkutat pada deretan kata2 cinta atau pemberian kado2 dan surprise semata. Coba perhatikan bagaimana cara suami menatap kita, bagaimana dia bekerja mencari nafkah untuk keluarga, atau saat dia bermain dengan anak2, atau ketika dia menggenggam tangan kita, mengirim sms sekalipun hanya menanyakan 'lagi apa?', itu adalah hal2 romantis yg kadang tidak kita sadari. Karena kita seringkali terbelit paradigma bahwa romantis haruslah terungkap secara eksplisit dan tersirat dalam hal2 yg begitu nyata, seperti mengatakan langsung 'aku mencintaimu' dan memberikan hadiah, meskipun ada kalanya kita membutuhkan hal seperti itu tuk menguatkan hati dan membuat cinta yg kita rasa serasa lebih hidup membara.
Romantis itu menyenangkan..
Romantis dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yg berlebihan, karena romantisme yg dilakukan antara dua sejoli di luar pernikahan bisa menjadi dosa dan merugikan, tapi romantisme yg dilakukan suami istri akan mendatangkan banyak pahala dan membuat rumahtangga semakin harmonis.
Orang sering berkata, bahwa saya dan suami adalah pasangan romantis. Mungkin mereka beranggapan bahwa kami membangun romantisme dengan cara yg sulit. Padahal, kami membangun romantisme itu dari hal2 yg terkesan sepele, bahkan karena sudah terbiasa beromantis ria dengan pasangan, romantis itu sudah menjadi kebiasaaan dan kerap kali berjalan dengan refleksnya tanpa didahului perencanaan.
Satu hal yg sangat saya syukuri adalah suami termasuk tipe yg tak gengsi untuk bersikap romantis terhadap saya. Bahkan dia mengatakan bahwa romantis itu penting dan sudah menjadi kebutuhannya. Dia selalu bersemangat untuk bersikap romantis, apalagi kalo melihat ayah ibu saya yg masih mampu menjaga keromantisan mereka meski usia makin senja. Mereka kerap meluangkan waktu untuk hanya berekreasi berdua ke tempat2 yg indah seperti pantai, candi borobudur, goa jati jajar dll. Hebatnya mereka melewati perjalanan yang lumayan jauh itu dengan berkendara motor. Suami selalu berkata seperti ini 'kita yang muda harus lebih romantis dari mereka'
Karena romantisme telah merasuk dalam rumah tangga kami, saya pun tak segan untuk lebih ekspresif lagi dalam bersikap romantis terhadap suami. Baginya, senyum hangat saya kala menyambutnya pulang adalah hal yg romantis.
Penting mana antara perbuatan atau perkataan dalam membangun romantisme?
Menurut saya jika dua-duanya bisa berjalan beriringan, itu lebih baik. Namun jika tidak, maka perbuatan lebih mengena dibanding sekedar perkataan.
Bukankah Rasulullah tak hanya dikenal sebagai pribadi yg romantis terhadap istri dari perbuatan saja? Tapi Rasulullah juga dikenal romantis dengan kata2 yg lembut dan manis terhadap istri, contohnya Beliau memanggil Aisyah ra dengan sebutan humaira atau pipi merah delima..
Saya merasakan sendiri ada kekuatan yang makin mengokohkan cintaku pada suami dan menambah rasa syukurku pada Illahi tatkala suami berbisik 'i love you' untuk ke sekian kali. Kadang dia begitu lihainya berbicara manis dengan kata2 puitis meski sebenarnya dia tak pandai merangkai kata. Tapi di saat kami duduk saling memandang, dia seolah terinspirasi tuk berkata lembut nan manis mendamaikan kalbu. Saya lebih terkesima lagi memperhatikan perbuatan2nya yg menurutku begitu romantis, meski terbangun dari hal2 yg sederhana. Melihatnya bersemangat memasak masakan untukku, membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, merawat anak bersama-sama, kala ada waktu luang dia mau memandikan anak, mengecup kening sebelum tidur sambil berucap 'i love u, have a nice dream', menyelimutiku kala udara dingin menelusup, memelukku tiap harinya tanpa pernah merasa bosan, menatapku dengan tatapan yg sama, penuh cinta tak peduli saat itu wajahku kusam karena belum mandi. Banyak tindakan sederhananya yg mampu semburatkan senyum tersipu kala mengingatnya. Dia pernah membeli 3 buah permen yg bungkusnya bisa ditulisi dengan bolpoin atau pensil. Permen pertama ditulisi 'aku', permen kedua 'sayang', permen ketiga 'kamu', jika disatukan terangkai kalimat 'aku sayang kamu'. Permen itu diberikan kepada saya, saya pun tersipu membacanya. Suamipun selalu berterimakasih tiap kali saya membuatkan kopi atau teh untuknya, disertai kata 'cantik' di belakang kata 'makasih'. Dari awal menikah sampai detik ini pun jika kami makan sepiring berdua atau tiap kali membeli oleh2, dia selalu mempersilakanku untuk makan lebih banyak, dia selalu memberiku bagian yg lebih besar atau dia sama sekali tak menyentuh makanan itu dan memberikan semuanya kepadaku. Dari hal simple seperti ini, saya menyadari bahwa itulah salah satu bukti rasa sayangnya. Mungkin dia tak menyadari apa yg dilakukannya adalah salah satu perwujudan rasa cintanya, tapi bagi saya semua itu sangat berkesan dan saya sangat menghargainya.
Romantisme hanya milik muda-mudi yg berpacaran?
Eits.. Tentu saja tidak. Seperti yg udah dibahas sebelumnya, romantisme berpacaran bisa mendatangkan dosa dan kerugian, sedangkan romantisme berumahtangga mendatangkan pahala dan keharmonisan.
Jangan mau kalah donk dengan orang yg pacaran. Justru setelah menikah kita harus lebih giat lagi membangun keromantisan bersama pasangan kita. Hati manusia itu mudah terombang-ambing dan yg namanya rasa cinta pada pasangan bisa saja memudar seiring pertambahan usia jika kita tidak berusaha untuk menjaganya. Romantisme berumahtangga memberikan banyak manfaat, menebar cinta dan kenyamanan di setiap sudut rumah, menguatkan hati dan membuat hari2 yg kita jalani lebih berwarna. Romantis itu akan tetap memercikan keindahan pada dua bola mata kita yang makin tua makin merabun, di mana pasangan yg duduk di depan kita dengan kerut2 menghias wajahnya dan uban melukis rambutnya, dia akan tetap terlihat menawan seperti awal menikah.
Romantis itu seperti memberi kesempatan pada hati untuk memperluas wilayahnya, hingga di dalamnya tersimpan berjuta maaf yg tak segan untuk diucapkan kala kita berbuat kesalahan dan tak enggan kita berikan tuk memaafkan kesalahan orang2 tersayang, serta meredam ego dan memupuk rasa saling menghargai.
Tak perlu bersusah payah menilik kehidupan pasangan lain yg menurut kita romantis untuk dijadikan contoh. Nabi Muhammad suri tauladan kita adalah contoh suami yg begitu romantis terhadap istrinya. Berikut adalah contoh sikap romantisme Rasulullah yg saya dapat dari berbagai sumber :
1. Rasulullah dikenal sebagai pribadi yg senang bercanda riang dengan istrinya.
Aisyah berkata 'Rasulullah bertanding lari dengan saya dan saya menang. Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi gemuk, Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang, kemudian ia berkata 'kemenangan ini untuk kemenangan itu' (H.R. Ahmad dan Abu Daud).
2. Rasulullah memanggil Aisyah ra dengan panggilan yg begitu mesra 'humaira' atau pipi merah delima
3. Rasulullah juga senang membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Aisyah berkata 'Rasulullah mengerjakan apa yg biasa dikerjakan salah seorang kalian di rumahnya. Beliau menambal sandalnya, menambal bajunya dan menjahitnya (H.R. Bukhari)
Al-aswad bin Yazid bertanya pada Aisyah 'apa yg biasa dilakukan Nabi s.a.w di dalam rumah?' Aisyah menjawab 'Beliau biasa membantu pekerjaan istrinya. Bila tiba waktu sholat, bilau pun keluar untuk mengerjakan sholat (H.R. Bukhari)
4. Dari Aisyah ra dia berkata 'saya biasa minum dari muk yang sama ketika haid, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakan mulutnya di tempat saya meletakan mulut saya, lalu beliau minum. Kemudian saya mengambil muk, saya menghirup isinya. Kemudian beliau mengambilnya dari saya lalu beliau meletakan mulutnya pada tempat saya meletakan mulut saya lalu beliau pun menghirupnya (H.R. Abdurrazaq dan Sa'id bin Manshur)
Sebenarnya masih banyak kisah2 romantisme Nabi Muhammad bersama istri.. Jika kita ingin memiliki rumahtangga yg romantis, sakinah mawadah warahmah, maka contohlah sikap2 Rasulullah dalam mengarungi rumahtangga bersama istri2nya.
Jadikan rumahtangga yg kita biduk sebagai sarana ibadah, membangun cinta karena Allah agar selalu mengarungi lautan cintaNya menuju dermaga keridhaanNya.
Sedangkan rumahtangga yg di dalamnya diisi dengan percekcokan, wajah2 masam tanpa adanya komunikasi yg baik, jauh dari romantisme antar anggota keluarga, ibarat taman bunga yg jarang sekali disiram dan dipupuk, hingga tanaman2 bunga itu layu, daun2 menguning dan berguguran membentuk gunungan sampah. Apakah kita akan nyaman dan betah berada di taman tersebut? Tentu tidak kan?
Apa sie romantis itu?
Bicara soal romantisme dalam rumahtangga sebenarnya saya masih terlalu bau kencur untuk membahas hal2 seperti ini, mengingat usia pernikahan kami baru berjalan satu setengah tahunan. Namun saya hanya ingin berbagi dan mungkin kita bisa bertukar pendapat tentang romantisme dalam rumah tangga. Karena saya yakin, saya maupun istri2 lain di belahan dunia manapun pasti akan sangat merasa dihargai dan dicintai jika suami bersikap romantis. Tak hanya mencakup hubungan antara suami istri, antar orangtua dan anak juga perlu membangun romantisme agar kita betah tinggal di rumah dan hubungan antar anggota keluarga makin dekat.
Yang jadi pertanyaan, romantis itu apa dan seperti apa aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari?
Mungkin banyak wanita berpikir, bahwa romantis adalah saat laki2 yang kita cintai mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yg indah, mengajak kita dinner dengan aroma bunga mawar di sekitarnya atau hal2 lain seperti yg sering ditayangkan dalam film2 bergenre romantis.
Padahal tiap individu pasti memiliki perspektif yg berbeda satu sama lain tentang definisi dari kata 'romantis'.
Ruang lingkup romantis sangat luas, entah bermula dari hal2 yg bersifat sederhana atau yg mewah sekalipun. Karena memang romantis bisa diungkapkan dalam berbagai cara, tak terbatas pada kata2 nan puitis atau setangkai mawar merah yg cantik.
Romantisme berumahtangga dalam kacamata saya adalah berbuat baik terhadap pasangan (suami istri) atau anak2, di mana perbuatan itu bisa dilakukan secara refleks dan kadang kita tidak menyadari bahwa apa yg dilakukan pasangan atau anak kita merupakan sesuatu yg sangat romantis. Misalnya suami membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, anak2 memetik bunga di halaman lalu memberikannya pada kita sebagai ungkapan bahwa mereka menyayangi kita.
Kadang istri mengeluh 'suamiku kok nggak romantis ya??'
Cobalah renungkan, apa benar suami adalah pribadi yg kurang atau tidak romantis? Romantis tidak hanya berkutat pada deretan kata2 cinta atau pemberian kado2 dan surprise semata. Coba perhatikan bagaimana cara suami menatap kita, bagaimana dia bekerja mencari nafkah untuk keluarga, atau saat dia bermain dengan anak2, atau ketika dia menggenggam tangan kita, mengirim sms sekalipun hanya menanyakan 'lagi apa?', itu adalah hal2 romantis yg kadang tidak kita sadari. Karena kita seringkali terbelit paradigma bahwa romantis haruslah terungkap secara eksplisit dan tersirat dalam hal2 yg begitu nyata, seperti mengatakan langsung 'aku mencintaimu' dan memberikan hadiah, meskipun ada kalanya kita membutuhkan hal seperti itu tuk menguatkan hati dan membuat cinta yg kita rasa serasa lebih hidup membara.
Romantis itu menyenangkan..
Romantis dalam rumah tangga bukanlah sesuatu yg berlebihan, karena romantisme yg dilakukan antara dua sejoli di luar pernikahan bisa menjadi dosa dan merugikan, tapi romantisme yg dilakukan suami istri akan mendatangkan banyak pahala dan membuat rumahtangga semakin harmonis.
Orang sering berkata, bahwa saya dan suami adalah pasangan romantis. Mungkin mereka beranggapan bahwa kami membangun romantisme dengan cara yg sulit. Padahal, kami membangun romantisme itu dari hal2 yg terkesan sepele, bahkan karena sudah terbiasa beromantis ria dengan pasangan, romantis itu sudah menjadi kebiasaaan dan kerap kali berjalan dengan refleksnya tanpa didahului perencanaan.
Satu hal yg sangat saya syukuri adalah suami termasuk tipe yg tak gengsi untuk bersikap romantis terhadap saya. Bahkan dia mengatakan bahwa romantis itu penting dan sudah menjadi kebutuhannya. Dia selalu bersemangat untuk bersikap romantis, apalagi kalo melihat ayah ibu saya yg masih mampu menjaga keromantisan mereka meski usia makin senja. Mereka kerap meluangkan waktu untuk hanya berekreasi berdua ke tempat2 yg indah seperti pantai, candi borobudur, goa jati jajar dll. Hebatnya mereka melewati perjalanan yang lumayan jauh itu dengan berkendara motor. Suami selalu berkata seperti ini 'kita yang muda harus lebih romantis dari mereka'
Karena romantisme telah merasuk dalam rumah tangga kami, saya pun tak segan untuk lebih ekspresif lagi dalam bersikap romantis terhadap suami. Baginya, senyum hangat saya kala menyambutnya pulang adalah hal yg romantis.
Penting mana antara perbuatan atau perkataan dalam membangun romantisme?
Menurut saya jika dua-duanya bisa berjalan beriringan, itu lebih baik. Namun jika tidak, maka perbuatan lebih mengena dibanding sekedar perkataan.
Bukankah Rasulullah tak hanya dikenal sebagai pribadi yg romantis terhadap istri dari perbuatan saja? Tapi Rasulullah juga dikenal romantis dengan kata2 yg lembut dan manis terhadap istri, contohnya Beliau memanggil Aisyah ra dengan sebutan humaira atau pipi merah delima..
Saya merasakan sendiri ada kekuatan yang makin mengokohkan cintaku pada suami dan menambah rasa syukurku pada Illahi tatkala suami berbisik 'i love you' untuk ke sekian kali. Kadang dia begitu lihainya berbicara manis dengan kata2 puitis meski sebenarnya dia tak pandai merangkai kata. Tapi di saat kami duduk saling memandang, dia seolah terinspirasi tuk berkata lembut nan manis mendamaikan kalbu. Saya lebih terkesima lagi memperhatikan perbuatan2nya yg menurutku begitu romantis, meski terbangun dari hal2 yg sederhana. Melihatnya bersemangat memasak masakan untukku, membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga, merawat anak bersama-sama, kala ada waktu luang dia mau memandikan anak, mengecup kening sebelum tidur sambil berucap 'i love u, have a nice dream', menyelimutiku kala udara dingin menelusup, memelukku tiap harinya tanpa pernah merasa bosan, menatapku dengan tatapan yg sama, penuh cinta tak peduli saat itu wajahku kusam karena belum mandi. Banyak tindakan sederhananya yg mampu semburatkan senyum tersipu kala mengingatnya. Dia pernah membeli 3 buah permen yg bungkusnya bisa ditulisi dengan bolpoin atau pensil. Permen pertama ditulisi 'aku', permen kedua 'sayang', permen ketiga 'kamu', jika disatukan terangkai kalimat 'aku sayang kamu'. Permen itu diberikan kepada saya, saya pun tersipu membacanya. Suamipun selalu berterimakasih tiap kali saya membuatkan kopi atau teh untuknya, disertai kata 'cantik' di belakang kata 'makasih'. Dari awal menikah sampai detik ini pun jika kami makan sepiring berdua atau tiap kali membeli oleh2, dia selalu mempersilakanku untuk makan lebih banyak, dia selalu memberiku bagian yg lebih besar atau dia sama sekali tak menyentuh makanan itu dan memberikan semuanya kepadaku. Dari hal simple seperti ini, saya menyadari bahwa itulah salah satu bukti rasa sayangnya. Mungkin dia tak menyadari apa yg dilakukannya adalah salah satu perwujudan rasa cintanya, tapi bagi saya semua itu sangat berkesan dan saya sangat menghargainya.
Romantisme hanya milik muda-mudi yg berpacaran?
Eits.. Tentu saja tidak. Seperti yg udah dibahas sebelumnya, romantisme berpacaran bisa mendatangkan dosa dan kerugian, sedangkan romantisme berumahtangga mendatangkan pahala dan keharmonisan.
Jangan mau kalah donk dengan orang yg pacaran. Justru setelah menikah kita harus lebih giat lagi membangun keromantisan bersama pasangan kita. Hati manusia itu mudah terombang-ambing dan yg namanya rasa cinta pada pasangan bisa saja memudar seiring pertambahan usia jika kita tidak berusaha untuk menjaganya. Romantisme berumahtangga memberikan banyak manfaat, menebar cinta dan kenyamanan di setiap sudut rumah, menguatkan hati dan membuat hari2 yg kita jalani lebih berwarna. Romantis itu akan tetap memercikan keindahan pada dua bola mata kita yang makin tua makin merabun, di mana pasangan yg duduk di depan kita dengan kerut2 menghias wajahnya dan uban melukis rambutnya, dia akan tetap terlihat menawan seperti awal menikah.
Romantis itu seperti memberi kesempatan pada hati untuk memperluas wilayahnya, hingga di dalamnya tersimpan berjuta maaf yg tak segan untuk diucapkan kala kita berbuat kesalahan dan tak enggan kita berikan tuk memaafkan kesalahan orang2 tersayang, serta meredam ego dan memupuk rasa saling menghargai.
Tak perlu bersusah payah menilik kehidupan pasangan lain yg menurut kita romantis untuk dijadikan contoh. Nabi Muhammad suri tauladan kita adalah contoh suami yg begitu romantis terhadap istrinya. Berikut adalah contoh sikap romantisme Rasulullah yg saya dapat dari berbagai sumber :
1. Rasulullah dikenal sebagai pribadi yg senang bercanda riang dengan istrinya.
Aisyah berkata 'Rasulullah bertanding lari dengan saya dan saya menang. Kemudian saya berhenti, sehingga ketika badan saya menjadi gemuk, Rasulullah bertanding lagi dengan saya dan ia menang, kemudian ia berkata 'kemenangan ini untuk kemenangan itu' (H.R. Ahmad dan Abu Daud).
2. Rasulullah memanggil Aisyah ra dengan panggilan yg begitu mesra 'humaira' atau pipi merah delima
3. Rasulullah juga senang membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Aisyah berkata 'Rasulullah mengerjakan apa yg biasa dikerjakan salah seorang kalian di rumahnya. Beliau menambal sandalnya, menambal bajunya dan menjahitnya (H.R. Bukhari)
Al-aswad bin Yazid bertanya pada Aisyah 'apa yg biasa dilakukan Nabi s.a.w di dalam rumah?' Aisyah menjawab 'Beliau biasa membantu pekerjaan istrinya. Bila tiba waktu sholat, bilau pun keluar untuk mengerjakan sholat (H.R. Bukhari)
4. Dari Aisyah ra dia berkata 'saya biasa minum dari muk yang sama ketika haid, lalu Nabi mengambil muk tersebut dan meletakan mulutnya di tempat saya meletakan mulut saya, lalu beliau minum. Kemudian saya mengambil muk, saya menghirup isinya. Kemudian beliau mengambilnya dari saya lalu beliau meletakan mulutnya pada tempat saya meletakan mulut saya lalu beliau pun menghirupnya (H.R. Abdurrazaq dan Sa'id bin Manshur)
Sebenarnya masih banyak kisah2 romantisme Nabi Muhammad bersama istri.. Jika kita ingin memiliki rumahtangga yg romantis, sakinah mawadah warahmah, maka contohlah sikap2 Rasulullah dalam mengarungi rumahtangga bersama istri2nya.
Jadikan rumahtangga yg kita biduk sebagai sarana ibadah, membangun cinta karena Allah agar selalu mengarungi lautan cintaNya menuju dermaga keridhaanNya.
No comments:
Post a Comment