Dalam tulisan kali ini, saya
tidak akan bercerita spesifik tentang blender, khususnya blender merk Phillip
yang dibeli ibuku saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tetapi tak
dipungkiri, tulisan ini memang berkaitan dengan blender. Ini cerita tentang
perjalanan mpasi my beloved son Taraka Ataullah Khairiy yang begitu panjang,
sepanjang namanya, tak hanya itu, bisa dibilang perjalanan mpasi Aka menguras
tenaga, waktu, pikiran, dan emosi (haaiiiyahhh, sok iye aje.. hehehe). Tapi
sepertinya, teman-teman yang sering aku ajak sharing atau pernah membaca
statusku di fb tentang mpasi Aka bisa memahami mengapa aku menulis kata “menguras”.
Ok tanpa basa-basi lagi, kita masuk ke cerita yang sesungguhnya…
My Aka memulai petualangan
mpasinya saat dia genap berusia 6 bulan. Kenapa 6 bulan? Tanpa dijelaskan
sekalipun, bunda-bunda pastinya tahu alasannya. Sebelum umur 6 bulan, organ
pencernaan bayi belum bisa mencerna makanan secara sempurna selain asi. Jauh
sebelum Aka lahir, aku sudah banyak membaca pentingnya asi eksklusif selama 6
bulan pertama. Setelah 6 bulan, asi tetap lanjut ditambah makanan pendamping
asi yang alangkah baiknya mpasi yang kita berikan untuk buah hati adalah mpasi
homemade, yang kita masak sendiri dengan bumbu cinta dengan gizi seimbang tanpa
pengawet dan zat aditif artificial lainnya. Ada banyak aliran mpasi yang bisa
aku dapatkan informasinya melalui mbah google atau grup mpasi di facebook. Aku
sudah membaca beberapa aliran mpasi, ada yang mengawali mpasi dengan buah, ada
yang memilih serealia sebagai mpasi awal, ada yang mengawalinya dengan puree
sayur. Aku mengawalinya dengan puree buah. Alasanku memilih metode ini adalah
karena buah mudah dicerna. Bisa dibayangkan, selama 6 bulan pertama bayi belum
makan makanan apapun selain asi, organ pencernaannya akan bekerja ekstra keras
jika bayi langsung dikenalkan dengan makanan yang sulit dicerna. Karena itu
puree buah yang disajikan di awal-awal mpasi lebih baik teksturnya seencer asi
dengan sistem 4 days rule, satu buah dikonsumsi selama 4 hari berturut-turut
untuk mengetahui ada reaksi alergi atau tidak. Setelah itu, bisa diganti buah
yang lain. Aku dapatkan ilmu ini dari sebuah grup yang keren sekali bernama
Homemade Healthy Baby Food. Aku memilih buah alpukat sebagai menu Aka di hari
pertama. Seminggu awal makan 1x sehari, minggu berikutnya 2x sehari. Oya ada
sesuatu yang ingin aku tambahkan, ada dua metode cara pemberian mpasi, yaitu
metode konvensional spoonfeeding (bayi makan dengan disuapi) dan metode baby
led weaning (BLW). Pada metode BLW baby tidak dikenalkan dengan puree, tapi
langsung dikenalkan dengan finger food (makanan utuh) dan bayi dibiarkan makan
sendiri, untuk lebih jelasnya bunda semua bisa browsing artikel tentang baby
led weaning atau bergabung di grup Baby Led Weaning Indonesia. Silakan pilih metode
aliran dan pemberian mpasi yang menurut bunda cocok untuk diterapkan pada buah
hati bunda.
MPASI umur 6 bulan
Awal memberi buah untuk Aka,
alpukatnya aku kerok dengan sendok lalu aku campur dengan asip (kira-kira
50ml). Namun agaknya teksturnya kurang encer, hingga membuat Aka hoek-hoek.
Akhirnya alpukatnya diblender lembut. Awal-awal selalu menggunakan asi, tapi
lama-lama aku campur dengan air matang karena aku nggak rutin memerah asi. Lagipula
freezernya kecil dan biasanya untuk menyimpan daging. Aka pernah sembelit,
susah pup sampai mengejan kuat, ternyata penyebabnya adalah apel. Meski sudah
diberi papaya, namun pupnya masih susah. Setelah aku kasih semangka, pup Aka lancer
kembali. Sebagai informasi, semangka dan pir bisa diandalkan untuk melancarkan
pup. Di hari-hari berikutnya Aka tidak lagi sembelit makan apel. Organ
pencernaannya sudah bisa beradaptasi dengan baik untuk mencerna apel. Di
masa-masa awal mpasi Aka, aku bersemangat sekali untuk mengenalkan buah-buah
yang berbeda pada Aka. Tapi harus tetap mengikuti rule, empat hari mengkonsumsi
buah yang sama.
MPASI umur 7 bulan
Pada fase ini aku mulai mengenalkan
Aka pada karbohidrat, sayuran dan protein nabati seperti tahu dan tempe. Untuk pemberian
karbohidrat pun harus karbo tunggal dulu, tujuannya untuk mengetahui ada reaksi
alergi atau tidak. Seperti halnya saat aku mengenalkan buah pada Aka, aku pun
bergantian memberikan karbohidrat yang berbeda-beda untuk Aka, beras putih,
jagung, ubi, kentang, labu kuning, beras merah, dll. Dan perlu dicatat, tidak
boleh ada penambahan gula-garam hingga usia 1 tahun, lebih baik lagi jika
diteruskan hingga 2 tahun. Pemberian gulgar yang berlebihan sejak dini bisa
memicu obesitas. Mungkin ada orang yang bertanya “apa nggak takut kekurangan
yodium?” Nggak dong, yodium tidak hanya terdapat pada garam. Banyak bahan
makanan yang mengandung yodium seperti ikan, telur, daging, bawang merah, sayuran
dan lain-lain. Dalam asi pun sudah terkandung yodium, di mana kandungan nutrisi
yang ada pada asi menyesuiakan kebutuhan bayi. Lagipula, yodium hanyalah zat
yang ditambahkan pada garam untuk membantu kita mengkonsumsi yodium, karena
garam itu hampir dibutuhkan setiap hari sebagai bumbu masakan dewasa. Meski makanan
berasa hambar (di lidah orang dewasa), tapi Alhamdulillah my Aka lahap-lahap
aja memakan mpasi buatan gegenya. Indra perasa pada bayi itu masih sangat peka,
karena itu dengan memberikan mpasi non gulgar akan membuat bayi mengenali rasa
asli makanan. Mpasi di umur 7 bulan ini masih bertekstur lembut ala blender. Jika
ada bagian yang kurang lembut, biasanya akan membuat Aka hoek-hoek seperti mau
muntah.
MPASI umur 8 bulan
Pada umur 8 bulan, ada penambahan
bahan makanan yang boleh dikonsumsi bayi, diantaranya protein hewani (daging
ayam, daging sapi, ikan, produk olahan susu (keju, unsalted butter dan
yoghurt), bumbu aromatik seperti bawang merah-putih, jahe, kencur, dll, santan serta
minyak (minyak sayur, minyak kelapa, minyak zaitun (evoo (extract virgin olive
oil) dan eloo (extract light olive oil)). Sebenarnya aku kurang paham tentang
evoo dan eloo, yang aku tahu evoo ditambahkan langsung pada makanan bayi,
sedangkan eloo digunakan untuk menumis. Kata ibu-ibu di grup, kedua minyak ini
bisa menjadi solusi untuk menaikkan berat badan bayi selain bahan makanan
tinggi kalori lainnya seperti alpukat, pisang, mangga, keju, unsalted butter,
double karbo, santan, dll. Selama mpasi Aka belum pernah aku beri evoo dan
eloo. Di daerahku barang tersebut masih menjadi barang langka. Apalagi rumah
jauh dari swalayan, ditambah harganya yang mahal, jadi aku memilih makanan lain
yang mudah didapat, harga terjangkau tapi tak kalah soal gizi. Aka juga nggak
begitu suka keju dan unsalted butter, sepertinya dia memang tidak suka produk
olahan susu. Pada tahap ini pun, makanan Aka masih diblender karena belum mau
naik tekstur.
Sejak Aka berusia 9 bulan, aku
sudah melatihnya untuk makan nasi tim tanpa diblender. Namun Aka sering sekali
menolak, bahkan berujung dengan tangisan, ngambek, dan akhirnya nggak mau
menyentuh makanannya sebelum makanan tersebut diblender. Aku pikir ini karena
pengaruh belum tumbuhnya gigi pertama Aka. Aku pun mencoba bersabar, menuggu
sampai Aka tumbuh gigi dan mau belajar makan makanan bertekstur lebih kasar
dari biasanya.
Menjelang umur 10 bulan, Akhirnya
dua gigi pertama Aka tumbuh di gusi atas. Senangnya melihatnya begigi dua. Jika
dia tertawa, dia terlihat semakin manis. Tapi, selera makannya masih sama
seperti sebelumnya, hanya mau makanan yang diblender.
Waktu terus berjalan, proses
belajar kami masih terus berlanjut. Namun bukan kemajuan yang kami dapatkan.
Aka semakin menolak makanan yang tidak diblender. Jika ada makanan bertekstur
kasar menyentuh mulutnya, dia langsung melepeh dan menangis. Sementara
orangtuaku sudah menuntutku untuk membiasakan Aka makan nasi tanpa diblender. Banyak
sekali orang-orang yang mencela makanan Aka seperti busa, udah gedhe tapi tetep
maem bubur, dan Aka pun mulai dibandingkan dengan anak-anak lain seumuran Aka
atau yang lebih muda darinya yang kebetulan sudah bisa makan nasi biasa. Bahkan
terlontar judgement negative bahwa yang menyebabkan Aka belum bisa berjalan
adalah makanan Aka yang masih non gulgar dan bertekstur lembut. Kata orang, hal
itu menyebabkan tulang anak tidak akas. Bahkan seringkali orang menyebut Aka
lambat, badan gedhe tapi lambat. Huahhh sedih sekali mendengarnya. Hanya suami
dan teman-teman terdekat yang setia menjadi tempat bersandar, pelipur lara,
pemberi support dan semangat. Berbagai cara sudah aku lakukan, mulai dari
mengkombinasi makanan Aka yang terdiri dari tekstur kasar dan lembut (porsi
kasarnya lebih sedikit), namun selalu saja dia melepeh makanannya atau muntah
jika mendapati makanan bertekstur kasar, sampai mencoba memenyet makanannya
dengan sendok agar teksturnya lebih lembek dan disiram kuah yang banyak, tetap
saja Aka tak mau menelan makanannya, selalu dilepeh dan dilepeh. Ujung-ujungnya
dia mengambek dan tak mau makan sebelum makanannya diblender. Hal yang paling
aku benci adalah ketika mati lampu. Aka tak bisa makan karena makanannya tidak
diblender. Hal inilah yang akhirnya makin memantapkan hati untuk membeli
blender manual. Memang sie tidak bisa memblender nasi, sayur dan lauk dengan
lembut, tapi setidaknya kentang, ubi, dan labu siam bisa digiling dengan
lembut.
Ketika aku merasa kehabisan cara,
aku pun berpasrah pada Allah. Mencoba intropeksi diri, mungkin selama ini aku
masih kurang bersabar dalam menghadapi kesulitan Aka makan makanan bertekstur
kasar. Mungkin aku cepat menyerah pada blender jika sudah melihat urat
kemarahan di wajahnya dan aku pun merasa tak tega bila tangis memecah karena
dia tak mau makan nasi tanpa blender. Aku berusaha enjoy menjalani kondisi ini.
Meyakinkan diri, bahwa suatu saat Aka pasti bisa makan makanan bertekstur
kasar. Setidaknya dia tak pernah GTM atau mogok makan. Itu salah satu hal yang
harus aku syukuri. Mungkin selama ini tanpa aku sadari aku sudah banyak
mengeluh tentang Aka yang belum mampu makan makanan bertekstur kasar. Betapa perjuangan
itu tak hanya berakhir di saat tangis pertamanya memecah di ruang bersalin,
tapi sejak dia bersemayam dalam rahimku, hingga akhirnya dia lahir dan di
sepanjang hayatnya, aku tak boleh berhenti berjuang. Aku harus terus berjuang
bersamanya, mendoakannya, melapangkan hati
dan kesabaranku dalam menghadapi hal-hal yang tidak sesuai harapan. Di setiap
akhir sujudku, aku selalu berdoa agar my Aka mau belajar dan berjuang bersamaku
untuk memakan makanan tanpa diblender. Bahkan saat dia terlelap, aku kerap kali
berbisik “Aka anak gege yang pintar, sholeh, ganteng, sehat, besok kita belajar
maem makanan bertekstur kasar lagi ya sayang. Gege tahu Aka pasti bisa..
semangat Aka, gege akan terus mendampingimu untuk belajar dan belajar…”
Aku selalu percaya, Allah
senantiasa mendengar doa hambaNya dan akan memberikan yang terbaik untuk kita
di waktu yang tepat. Perlahan-lahan Aka sudah mulai minat mengemil finger food.
Awalnya dia suka melepeh finger foodnya, lama-lama dia pun semakin pintar
memakan finger food, seperti potongan buah, singkong rebus, keripik
pisang/singkong, pisang rebus, tempe goreng/kukus, dan agar-agar. Kendati untuk
makan berat (nasi dan lauknya) dia belum mau makan bertekstur kasar, tapi aku
sangat mensyukuri kemajuan yang dia alami.
My lil star bisa benar-benar
berjalan lancar saat dia genap berumur 15 bulan. Penantian untuk bisa berjalan
mungkin sama lamanya dengan penantian untuk mau makan makanan bertekstur kasar.
Alhamdulillah, tidak ada lagi yang mengejeknya karena belum bisa jalan. Dia
tidak hanya mengalami kemajuan di perkembangan motorik kasarnya, tapi soal
makan, dia pun mengalami banyak kemajuan. Dia tidak lagi marah dan menangis
saat aku suapi nasi tanpa blender. Meski masih suka dilepeh, namun aku terus
melatihnya setiap hari. Makan beratnya pun menggunakan dua tekstur, kasar dan
lembut. Si blender tua itu masih menjadi sahabat setia yang mengiringi
perjalanan mpasi Aka.
Waktu semakin berlalu tanpa mau
menoleh ke belakang. Di usianya yang mau menginjak ke-18 bulan, akhirnya my Aka
sudah full makan nasi tanpa blender. Memang sie mesti berkuah, sayur dan
lauknya juga harus dicincang kecil-kecil, tapi bagi kami itu adalah kemajuan
yang luar biasa. Hooreeee… senang sekali rasanya, seakan aku ingin sekali
meloncat tinggi-tinggi dan berteriak ke semua penjuru, bahwa anakku sudah bisa
makan nasi biasa tanpa blender.. Suami dan orangtuaku pun ikut senang melihat
keberhasilan ini.. Terimakasih untuk kerjasamamu yang sangat baik Aka. Gege bangga
padamu dan akan selalu mencintaimu. Perjuangan belum berakhir. Banyak PR yang
harus kita kerjakan bersma-sama. Semoga aku tak akan pernah lelah belajar untuk
menjadi ibu yang baik untukmu dan aku berharap ladang kesabaran di hati gege
tak akan gersang, akan selalu hijau bersemi dalam merawat dan membesarkanmu
dengan penuh cinta. Blender tua ibuku yang masih semlohai, bohai dan jos,
akhirnya setelah sekian lama kami begitu bergantung padamu, sekarang kami sudah
lepas darimu. Bagaimanapun kamu juga berjasa dalam mengiringi perjalanan mpasi
Aka, dan jangan khawatir, kami masih membutuhkanmu untuk membuat jus, hehe.. sepertinya sudah terlalu panjang. Aku tulis
cerita ini dari pukul delapan malam sampai jam 9 lebih, mau jam setengah
sepuluh, dan tentu saja saat mau upload ke fb atau blog, lemoott banget, tapi
jadi nggak bete karena dibarengi jowal-jawil ayahnya Aka yang ikut membaca tulisan
ini dan meledekku, katanya aku begitu serius kalau lagi ngetik, xixixi.. Semoga
kisah perjalanan mpasi Aka bermanfaat untuk semua ;-)