Taraka Napak Archapadha

actually i don't know why i wrote "Taraka Napak Archapadha" as the title of my blog. Taraka is my son's name, it comes from "Java Kawi" language, it means star. Star is always be there in the sky that's why i put this title on the top of my blog. Writing is just like hanging my dream above the sky, as the way we try to reach the star. If you believe the power of your dream, dream will come true.. every letter that i write is every second i make a dream... and i believe, someday i will :)

Monday, August 20, 2012

Blender Oh Blender...


Dalam tulisan kali ini, saya tidak akan bercerita spesifik tentang blender, khususnya blender merk Phillip yang dibeli ibuku saat aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Tetapi tak dipungkiri, tulisan ini memang berkaitan dengan blender. Ini cerita tentang perjalanan mpasi my beloved son Taraka Ataullah Khairiy yang begitu panjang, sepanjang namanya, tak hanya itu, bisa dibilang perjalanan mpasi Aka menguras tenaga, waktu, pikiran, dan emosi (haaiiiyahhh, sok iye aje.. hehehe). Tapi sepertinya, teman-teman yang sering aku ajak sharing atau pernah membaca statusku di fb tentang mpasi Aka bisa memahami mengapa aku menulis kata “menguras”. Ok tanpa basa-basi lagi, kita masuk ke cerita yang sesungguhnya…

My Aka memulai petualangan mpasinya saat dia genap berusia 6 bulan. Kenapa 6 bulan? Tanpa dijelaskan sekalipun, bunda-bunda pastinya tahu alasannya. Sebelum umur 6 bulan, organ pencernaan bayi belum bisa mencerna makanan secara sempurna selain asi. Jauh sebelum Aka lahir, aku sudah banyak membaca pentingnya asi eksklusif selama 6 bulan pertama. Setelah 6 bulan, asi tetap lanjut ditambah makanan pendamping asi yang alangkah baiknya mpasi yang kita berikan untuk buah hati adalah mpasi homemade, yang kita masak sendiri dengan bumbu cinta dengan gizi seimbang tanpa pengawet dan zat aditif artificial lainnya. Ada banyak aliran mpasi yang bisa aku dapatkan informasinya melalui mbah google atau grup mpasi di facebook. Aku sudah membaca beberapa aliran mpasi, ada yang mengawali mpasi dengan buah, ada yang memilih serealia sebagai mpasi awal, ada yang mengawalinya dengan puree sayur. Aku mengawalinya dengan puree buah. Alasanku memilih metode ini adalah karena buah mudah dicerna. Bisa dibayangkan, selama 6 bulan pertama bayi belum makan makanan apapun selain asi, organ pencernaannya akan bekerja ekstra keras jika bayi langsung dikenalkan dengan makanan yang sulit dicerna. Karena itu puree buah yang disajikan di awal-awal mpasi lebih baik teksturnya seencer asi dengan sistem 4 days rule, satu buah dikonsumsi selama 4 hari berturut-turut untuk mengetahui ada reaksi alergi atau tidak. Setelah itu, bisa diganti buah yang lain. Aku dapatkan ilmu ini dari sebuah grup yang keren sekali bernama Homemade Healthy Baby Food. Aku memilih buah alpukat sebagai menu Aka di hari pertama. Seminggu awal makan 1x sehari, minggu berikutnya 2x sehari. Oya ada sesuatu yang ingin aku tambahkan, ada dua metode cara pemberian mpasi, yaitu metode konvensional spoonfeeding (bayi makan dengan disuapi) dan metode baby led weaning (BLW). Pada metode BLW baby tidak dikenalkan dengan puree, tapi langsung dikenalkan dengan finger food (makanan utuh) dan bayi dibiarkan makan sendiri, untuk lebih jelasnya bunda semua bisa browsing artikel tentang baby led weaning atau bergabung di grup Baby Led Weaning Indonesia. Silakan pilih metode aliran dan pemberian mpasi yang menurut bunda cocok untuk diterapkan pada buah hati bunda.

MPASI umur 6 bulan
Awal memberi buah untuk Aka, alpukatnya aku kerok dengan sendok lalu aku campur dengan asip (kira-kira 50ml). Namun agaknya teksturnya kurang encer, hingga membuat Aka hoek-hoek. Akhirnya alpukatnya diblender lembut. Awal-awal selalu menggunakan asi, tapi lama-lama aku campur dengan air matang karena aku nggak rutin memerah asi. Lagipula freezernya kecil dan biasanya untuk menyimpan daging. Aka pernah sembelit, susah pup sampai mengejan kuat, ternyata penyebabnya adalah apel. Meski sudah diberi papaya, namun pupnya masih susah. Setelah aku kasih semangka, pup Aka lancer kembali. Sebagai informasi, semangka dan pir bisa diandalkan untuk melancarkan pup. Di hari-hari berikutnya Aka tidak lagi sembelit makan apel. Organ pencernaannya sudah bisa beradaptasi dengan baik untuk mencerna apel. Di masa-masa awal mpasi Aka, aku bersemangat sekali untuk mengenalkan buah-buah yang berbeda pada Aka. Tapi harus tetap mengikuti rule, empat hari mengkonsumsi buah yang sama.

MPASI umur 7 bulan
Pada fase ini aku mulai mengenalkan Aka pada karbohidrat, sayuran dan protein nabati seperti tahu dan tempe. Untuk pemberian karbohidrat pun harus karbo tunggal dulu, tujuannya untuk mengetahui ada reaksi alergi atau tidak. Seperti halnya saat aku mengenalkan buah pada Aka, aku pun bergantian memberikan karbohidrat yang berbeda-beda untuk Aka, beras putih, jagung, ubi, kentang, labu kuning, beras merah, dll. Dan perlu dicatat, tidak boleh ada penambahan gula-garam hingga usia 1 tahun, lebih baik lagi jika diteruskan hingga 2 tahun. Pemberian gulgar yang berlebihan sejak dini bisa memicu obesitas. Mungkin ada orang yang bertanya “apa nggak takut kekurangan yodium?” Nggak dong, yodium tidak hanya terdapat pada garam. Banyak bahan makanan yang mengandung yodium seperti ikan, telur, daging, bawang merah, sayuran dan lain-lain. Dalam asi pun sudah terkandung yodium, di mana kandungan nutrisi yang ada pada asi menyesuiakan kebutuhan bayi. Lagipula, yodium hanyalah zat yang ditambahkan pada garam untuk membantu kita mengkonsumsi yodium, karena garam itu hampir dibutuhkan setiap hari sebagai bumbu masakan dewasa. Meski makanan berasa hambar (di lidah orang dewasa), tapi Alhamdulillah my Aka lahap-lahap aja memakan mpasi buatan gegenya. Indra perasa pada bayi itu masih sangat peka, karena itu dengan memberikan mpasi non gulgar akan membuat bayi mengenali rasa asli makanan. Mpasi di umur 7 bulan ini masih bertekstur lembut ala blender. Jika ada bagian yang kurang lembut, biasanya akan membuat Aka hoek-hoek seperti mau muntah.

MPASI umur 8 bulan
Pada umur 8 bulan, ada penambahan bahan makanan yang boleh dikonsumsi bayi, diantaranya protein hewani (daging ayam, daging sapi, ikan, produk olahan susu (keju, unsalted butter dan yoghurt), bumbu aromatik seperti bawang merah-putih, jahe, kencur, dll, santan serta minyak (minyak sayur, minyak kelapa, minyak zaitun (evoo (extract virgin olive oil) dan eloo (extract light olive oil)). Sebenarnya aku kurang paham tentang evoo dan eloo, yang aku tahu evoo ditambahkan langsung pada makanan bayi, sedangkan eloo digunakan untuk menumis. Kata ibu-ibu di grup, kedua minyak ini bisa menjadi solusi untuk menaikkan berat badan bayi selain bahan makanan tinggi kalori lainnya seperti alpukat, pisang, mangga, keju, unsalted butter, double karbo, santan, dll. Selama mpasi Aka belum pernah aku beri evoo dan eloo. Di daerahku barang tersebut masih menjadi barang langka. Apalagi rumah jauh dari swalayan, ditambah harganya yang mahal, jadi aku memilih makanan lain yang mudah didapat, harga terjangkau tapi tak kalah soal gizi. Aka juga nggak begitu suka keju dan unsalted butter, sepertinya dia memang tidak suka produk olahan susu. Pada tahap ini pun, makanan Aka masih diblender karena belum mau naik tekstur.

Sejak Aka berusia 9 bulan, aku sudah melatihnya untuk makan nasi tim tanpa diblender. Namun Aka sering sekali menolak, bahkan berujung dengan tangisan, ngambek, dan akhirnya nggak mau menyentuh makanannya sebelum makanan tersebut diblender. Aku pikir ini karena pengaruh belum tumbuhnya gigi pertama Aka. Aku pun mencoba bersabar, menuggu sampai Aka tumbuh gigi dan mau belajar makan makanan bertekstur lebih kasar dari biasanya.

Menjelang umur 10 bulan, Akhirnya dua gigi pertama Aka tumbuh di gusi atas. Senangnya melihatnya begigi dua. Jika dia tertawa, dia terlihat semakin manis. Tapi, selera makannya masih sama seperti sebelumnya, hanya mau makanan yang diblender.

Waktu terus berjalan, proses belajar kami masih terus berlanjut. Namun bukan kemajuan yang kami dapatkan. Aka semakin menolak makanan yang tidak diblender. Jika ada makanan bertekstur kasar menyentuh mulutnya, dia langsung melepeh dan menangis. Sementara orangtuaku sudah menuntutku untuk membiasakan Aka makan nasi tanpa diblender. Banyak sekali orang-orang yang mencela makanan Aka seperti busa, udah gedhe tapi tetep maem bubur, dan Aka pun mulai dibandingkan dengan anak-anak lain seumuran Aka atau yang lebih muda darinya yang kebetulan sudah bisa makan nasi biasa. Bahkan terlontar judgement negative bahwa yang menyebabkan Aka belum bisa berjalan adalah makanan Aka yang masih non gulgar dan bertekstur lembut. Kata orang, hal itu menyebabkan tulang anak tidak akas. Bahkan seringkali orang menyebut Aka lambat, badan gedhe tapi lambat. Huahhh sedih sekali mendengarnya. Hanya suami dan teman-teman terdekat yang setia menjadi tempat bersandar, pelipur lara, pemberi support dan semangat. Berbagai cara sudah aku lakukan, mulai dari mengkombinasi makanan Aka yang terdiri dari tekstur kasar dan lembut (porsi kasarnya lebih sedikit), namun selalu saja dia melepeh makanannya atau muntah jika mendapati makanan bertekstur kasar, sampai mencoba memenyet makanannya dengan sendok agar teksturnya lebih lembek dan disiram kuah yang banyak, tetap saja Aka tak mau menelan makanannya, selalu dilepeh dan dilepeh. Ujung-ujungnya dia mengambek dan tak mau makan sebelum makanannya diblender. Hal yang paling aku benci adalah ketika mati lampu. Aka tak bisa makan karena makanannya tidak diblender. Hal inilah yang akhirnya makin memantapkan hati untuk membeli blender manual. Memang sie tidak bisa memblender nasi, sayur dan lauk dengan lembut, tapi setidaknya kentang, ubi, dan labu siam bisa digiling dengan lembut.

Ketika aku merasa kehabisan cara, aku pun berpasrah pada Allah. Mencoba intropeksi diri, mungkin selama ini aku masih kurang bersabar dalam menghadapi kesulitan Aka makan makanan bertekstur kasar. Mungkin aku cepat menyerah pada blender jika sudah melihat urat kemarahan di wajahnya dan aku pun merasa tak tega bila tangis memecah karena dia tak mau makan nasi tanpa blender. Aku berusaha enjoy menjalani kondisi ini. Meyakinkan diri, bahwa suatu saat Aka pasti bisa makan makanan bertekstur kasar. Setidaknya dia tak pernah GTM atau mogok makan. Itu salah satu hal yang harus aku syukuri. Mungkin selama ini tanpa aku sadari aku sudah banyak mengeluh tentang Aka yang belum mampu makan makanan bertekstur kasar. Betapa perjuangan itu tak hanya berakhir di saat tangis pertamanya memecah di ruang bersalin, tapi sejak dia bersemayam dalam rahimku, hingga akhirnya dia lahir dan di sepanjang hayatnya, aku tak boleh berhenti berjuang. Aku harus terus berjuang bersamanya, mendoakannya,  melapangkan hati dan kesabaranku dalam menghadapi hal-hal yang tidak sesuai harapan. Di setiap akhir sujudku, aku selalu berdoa agar my Aka mau belajar dan berjuang bersamaku untuk memakan makanan tanpa diblender. Bahkan saat dia terlelap, aku kerap kali berbisik “Aka anak gege yang pintar, sholeh, ganteng, sehat, besok kita belajar maem makanan bertekstur kasar lagi ya sayang. Gege tahu Aka pasti bisa.. semangat Aka, gege akan terus mendampingimu untuk belajar dan belajar…”

Aku selalu percaya, Allah senantiasa mendengar doa hambaNya dan akan memberikan yang terbaik untuk kita di waktu yang tepat. Perlahan-lahan Aka sudah mulai minat mengemil finger food. Awalnya dia suka melepeh finger foodnya, lama-lama dia pun semakin pintar memakan finger food, seperti potongan buah, singkong rebus, keripik pisang/singkong, pisang rebus, tempe goreng/kukus, dan agar-agar. Kendati untuk makan berat (nasi dan lauknya) dia belum mau makan bertekstur kasar, tapi aku sangat mensyukuri kemajuan yang dia alami.

My lil star bisa benar-benar berjalan lancar saat dia genap berumur 15 bulan. Penantian untuk bisa berjalan mungkin sama lamanya dengan penantian untuk mau makan makanan bertekstur kasar. Alhamdulillah, tidak ada lagi yang mengejeknya karena belum bisa jalan. Dia tidak hanya mengalami kemajuan di perkembangan motorik kasarnya, tapi soal makan, dia pun mengalami banyak kemajuan. Dia tidak lagi marah dan menangis saat aku suapi nasi tanpa blender. Meski masih suka dilepeh, namun aku terus melatihnya setiap hari. Makan beratnya pun menggunakan dua tekstur, kasar dan lembut. Si blender tua itu masih menjadi sahabat setia yang mengiringi perjalanan mpasi Aka.

Waktu semakin berlalu tanpa mau menoleh ke belakang. Di usianya yang mau menginjak ke-18 bulan, akhirnya my Aka sudah full makan nasi tanpa blender. Memang sie mesti berkuah, sayur dan lauknya juga harus dicincang kecil-kecil, tapi bagi kami itu adalah kemajuan yang luar biasa. Hooreeee… senang sekali rasanya, seakan aku ingin sekali meloncat tinggi-tinggi dan berteriak ke semua penjuru, bahwa anakku sudah bisa makan nasi biasa tanpa blender.. Suami dan orangtuaku pun ikut senang melihat keberhasilan ini.. Terimakasih untuk kerjasamamu yang sangat baik Aka. Gege bangga padamu dan akan selalu mencintaimu. Perjuangan belum berakhir. Banyak PR yang harus kita kerjakan bersma-sama. Semoga aku tak akan pernah lelah belajar untuk menjadi ibu yang baik untukmu dan aku berharap ladang kesabaran di hati gege tak akan gersang, akan selalu hijau bersemi dalam merawat dan membesarkanmu dengan penuh cinta. Blender tua ibuku yang masih semlohai, bohai dan jos, akhirnya setelah sekian lama kami begitu bergantung padamu, sekarang kami sudah lepas darimu. Bagaimanapun kamu juga berjasa dalam mengiringi perjalanan mpasi Aka, dan jangan khawatir, kami masih membutuhkanmu untuk membuat jus, hehe..  sepertinya sudah terlalu panjang. Aku tulis cerita ini dari pukul delapan malam sampai jam 9 lebih, mau jam setengah sepuluh, dan tentu saja saat mau upload ke fb atau blog, lemoott banget, tapi jadi nggak bete karena dibarengi jowal-jawil ayahnya Aka yang ikut membaca tulisan ini dan meledekku, katanya aku begitu serius kalau lagi ngetik, xixixi.. Semoga kisah perjalanan mpasi Aka bermanfaat untuk semua ;-)

No comments:

Post a Comment